Rabu, 14 September 2016

Menikah Muda itu Indah

Assalamu'alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.

Dear Ikhwan dan Akhwat,

Alhamdulillah saat ini Allah kasih kesempatan kepada saya untuk menulis kembali setelah beberapa lama tidak menulis karena sibuk lebih tepatnya sibuk yg dibuat-buat hehe.. 

Tema yg saat ini saya bahas adalah menikah muda itu indah. Benarkah? Jika ditanya seperti itu tentu jawaban setiap orang berbeda. Ada yg menjawab "Ya, enak lho nikah". Sebagian ada yg menjawab indah dari mana? pengeluaran saat sudah berumah tangga cukuplah besar, belum kebutuhan ini, kebutuhan itu dan masih banyak kebutuhan yg membuat sebagian pasangan berpikir ulang untuk menikah. Wahai Ikhwan dan Akhwat, ketahuilah Allah sudah mengatakan dalam firmannya sebagai berikut :

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur (24) : 32).

Jika kita lihat arti dari ayat tersebut, yang patut kita garis bawahi "Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui" . Sangatlah jelas yg Allah katakan kepada hambanya, kenapa kita mesti takut menikah jika alasan utama hanyalah soal biaya dll? tidaklah kita percaya Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui. Saat ini yang ada dipikiran kita menikah membutuhkan banyak persiapan dan biaya cukup besar seperti uang sewa gedung, biaya catering, biaya rias & baju pengantin serta masih banyak lagi. Itu memanglah benar adanya, karena seiring perkembangan jaman yg semakin mpdern serta teknologi yang semakin maju. Saya pun juga demikian, saat saya ingin menikah dulu apakah saya risau dengan hal-hal tersebut. Jawabannya sangatlah risau ! Kondisi dimana saya baru bekerja dan calon suami saya dulu tidak memiliki tabungan seperti kebanyakan persiapan orang yg akan menikah. Sempat saya meragukan suami saya kala itu, dy mengkhitbah saya melalui orang tua saya. saat ditanya oleh orang tua saya "Apakah kamu sudah punya tabungan Nak untuk menikah tahun ini (tahun 2015 kala itu) ? Dy hanya menjawab dengan tersenyum seraya mengatakan "Belum ada tabungan Pak, tapi insya Allah saya bisa menikahi anak Bapak, tenang saja Pak ada Allah yg membantu" Mendengar hal tersebut saya hanya bisa tercengang, bagaimana bisa menikah tapi gak ada tabungan?! Dalam hati saya ada kecemasan akan biaya dll. Suami saya kala itu hanya bilang kepada saya "Tolong percaya saja sama saya, bantu doa insya Allah sesuai dengan niat kita menikah untuk ibadah Allah akan kasih kemudahan. Kamu cukup bantu mendoakan saya dan yakin bahwa Allah akan memudahkan semua niat baik kita" Saya hanya bisa menangis senang dan haru karena ada seorang Ikhwan yg sangat yakin bahwa ADA ALLAH yakinlah ALLAH yg akan mencukupkan semua keperluan menikah saya dan suami kala itu. Persiapan saya menikah hanyalah sebulan. Alhamdulillah ada senang dan sedih saat itu, bagaimana perjuangan kami meyakinkan ortu dan keluarga bahwa kami bisa menikah tanpa harus ada tabungan yang jika kita berfikir secara logika tidaklah mungkin. Tapi lain halnya dengan Allah tidak ada yg tidak mungkin, semua hal bisa menjadi mungkin. 

Semoga tulisan ini menjadi sedikit atau banyak (harapan saya) agar menginspirasi bagi ikhwan dan akhwat yg ingin menikah segera. Jangan pernah ragu untuk menyempurnakan ibadah kita ya :)

Wallahu'alam..

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Rabu, 24 Agustus 2016

Di Dusun Ini, Warga Menabung Tidak Dengan Uang Tapi Sayuran

Ini bukan cerita dari desa saya, tetapi di sebuah desa binaan LAZ Al Azhar tempatku dulu pernah bekerja selama tidak lebih dari 2 tahun. Namanya Dusun Baran dan Mundu, Desa Puloharjo, Eromoko, Wonogiri, Jawa Tengah. Sejak menjadi desa binaan dan ditempatkan pendamping di desa ini, perlahan kesejahteraan warga dusun Baran dan Mundu beranjak naik. Salah satunya dengan adanya program menabung sayur Tabungan Gemah Ripah. 

Awalnya, seluruh warga diharuskan menanam berbagai macam sayuran di pekarangan rumah yang kebanyakan warga masih memiliki lahan cukup luas di depan dan belakang rumah. Gak seperti kaya perumahan di kota pada umumnya, hehee. Program menanam sayur di pekarangan ini diberi nama Dapur Hidup. Tujuannya ialah untuk mengurangi angka belanja dan mencukupi nutrisi keluarga. Sayuran seperti cabai, tomat dan terong pun mulai banyak di tanami warga yang bibitnya diperoleh secara gratis dari pendamping desa yang disebut Dasamas (Da'i Sahabat Masyarakat).

Pengurus Saung Ilmu saat Menimbang Sayuran Warga yang Ditabung

Suasana Warga Baran dan Mundu saat Menabung dengan Sayur


Setelah program ini bergulir kira-kira 3 bulan, warga mulai merasakan manfaatnya dan kabar baik itu pun mulai banyak diterima warga. Mereka tak perlu repot-repot ke pasar bila ingin memasak sayur. Semuanya sudah tersedia di halaman rumah mereka, termasuk tidak perlu pusing saat harga cabai naik karena cabe juga tersedia di depan rumah. 

Namun kemudian muncul masalah baru. Akibat hasil panen sayur yang berlebih akhirnya warga kebingungan untuk memanfaatkan sayuran itu. Akhirnya warga bersama pengurus Saung Ilmu membuat Tabungan Gemah Ripah atau gerakan menabung dengan sayur. Sayur-sayuran yang disetor warga nantinya akan dijual oleh pengurus Saung Ilmu ke pasar atau tengkulak dan hasilnya akan menjadi saldo tabungan warga. 

Saya pernah mewawancarai Pak Sumardi (57 th) salah satu warga Baran dan Mundu. Ia salah satu warga yang rajin merawat Dapur Hidupnya. Berkat keuletannya merawat tanaman sayur, dia pula yang menggagas program Tabungan Gemah Ripah. Kini melalui Tabungan Gemah Ripah ini banyak warga yang rajin menanam sayur dan menyetorkannya ke pengurus Saung Ilmu. Dari hasil tabungannya ini warga bisa membiayai pendidikan anak-anak mereka bahkan untuk tabungan di masa depan. 

Foto Pak Sumardi Warga Ds Baran Mundu dengan Dapur Hidup miliknya

Pak Sumardi juga memiliki seorang anak yang menjadi pengusaha Mie Ayam di Kota Wonogiri. Anak satu satunya ini tak ketinggalan mendapat berkah dari Dapur Hidup. Ternyata banyak pelanggan mie ayam anaknya yang suka dengan sambal dari cabe Dapur Hidup ketimbang cabe beli di pasar.  

“Katanya rasa sambal dari cabai pekarangan rumah bapak itu lebih pedas dari cabai pasar. Padahal cabai ini gratis, kalau di pasar harus bayar,” canda Sumardi. Ia juga bercerita kalau setiap seminggu sekali anaknya pulang ke rumah. Selain untuk silaturrahmi ke orang tuanya dia juga ingin memetik cabai dari pekarangan rumah orang tuanya. 

Pak Sumardi juga mengaku bersyukur sejak berjalan program Dapur Hidup dan Tabungan Gemah Ripah, banyak warga yang terbantu. Angka belanja berkurang, penghasilan juga bertambah. Jadi dapur warga bisa terus ngebul. 

Menurut saya ini merupakan inovasi daerah yang sangat menarik oleh sebuah lembaga zakat sebagai solusi untuk Indonesia dalam meningkatkan perekonomian warga desa terpencil, apalagi jika sampai merata diterapkan di desa-desa pedalaman seluruh Indonesia yang mayoritas masih memiliki lahan luas. Seperti yang kita tahu, perekonomian di desa-desa pedalaman belum sebaik desa-desa pinggiran kota. Dengan adanya program ini warga bisa menghemat anggaran belanja mereka. Dan dananya bisa dialokasikan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka atau kebutuhan dasar lainnya. Selain itu melalui program menabung dengan sayur kini warga juga punya simpanan yang bisa mereka ambil uangnya jika ada kebutuhan darurat. 

Foto-foto diatas saya ambil dari medsos LAZ Al Azhar. Meski saya sudah tidak bekerja di LAZ Al Azhar lagi, namun ssaya sangat tertari dengan konsep nabung dengan sayuran ini ingin saya aplikasikan ke perumahan dekat rumah dan desa-desa lainnya.

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Kamis, 27 Agustus 2015

Qurban Anda Tahun Lalu, Berbuah Manis

Qurban Anda Tahun Lalu, Berbuah Manis



Luar biasanya qurban Anda yang telah ditunaikan tahun lalu melalui Al
Azhar Peduli Ummat hingga kini berbuah manis. Para peternak yang
tergabung dalam kelompok usaha bersama di desa-desa yang didampingi oleh
Al Azhar Peduli Ummat telah mampu memproduksi pupuk organik dengan
memanfaatkan limbah ternak yang digunakan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian, memiliki bibit baru untuk menggantikan hewan
yang telah menjadi hewan qurban Anda sekaligus memiliki tabungan untuk
masa depannya dan dana sosial yang digunakan pada saat salah satu
anggota kelompok mengalami musibah.


Mailblast 28 Agustus 2015Berkah berkelanjutan itulah makna sesungguhnya ibadah qurban Anda.


Harga Hewan Qurban Mubarak:


Kambing/Domba : 24-26 Kg : 2.250.000

Kambing/Domba : 28-30 Kg : 2.500.000

Kambing/Domba : 31-35 Kg : 2.750.000


Sapi/Kerbau       : 280-300 Kg : 17.500.000

1/7 sapi/kerbau  : 280-300 Kg : 2.500.000


Transfer melalui rekening a/n YPI Al Azhar :


~ BCA 070 303 6691

~ BSM 7000 192 958


Info lebih lanjut dan Qurban Home Delivery (021) 722 1504

Rabu, 15 Juli 2015

Kisah cinta dalam diam Ali - Fatimah (Part 2 - End)

Alhamdulillah kemaren tulisan Kisah cinta dalam diam Ali-Fatimah Part-1 mendapat sambutan luar biasa dari pembaca dan banyak yang mendesak kami untuk melanjutkan Part-2nya, Alhamdulillah semoga jadi inspirasi pembelajaran cinta bagi kita semua. Dan bagi teman-teman yang belum sempat baca Part 1 silakan baca disini Kisah cinta dalam diam Ali-fatimah Part 1 .

Setelah diberi semangat serta motivasi oleh sahabatnya, akhirnya Alipun memberanikan diri menghadap sang nabi, menyampaikan niat baiknya ingin menikahi fatimah. Memang secara ekonomi Ali bukan siapa-siapa, tak ada sesuatu yang berharga dari dirinya kecuali hanya satu set baju perang ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya, sederhana sekali yang masih dimiliki Ali.

Apakah Ali meminta Fatimah untuk menunggunya 1 atau 2 tahun dengan dalih dia mengumpulkan modal terlebih dahulu? serta meminta Fatimah sabar menantinya dalam kegamangan?, tentu tidak ia lakukan hal itu karena jelas sangat memalukan baginya. Ali yakin akan pilihannya menikahi Fatimah tidaklah ringan namun ia siap dengan segala resikonya, ia berkomitmen mengambil tanggung jawab itu, ia sadar sesadar-sadarnya kalau Allah maha kaya dan tidak akan menelantarkan hambanya yang menikah untuk menjaga diri dan menyempurnakan Agama.

Lamaran Ali pun terjawab, hanya kata sederhana yang muncul dari mulut sang nabi “Ahlan wa sahlan!”, Ali bingung dengan jawaban Rasulullah, apa maksudnya? apakah itu tanda penerimaan atau penolakan?.
Ali pun bertemu dengan sahabatnya, dan sahabatnya menanyakan.

“Bagaimana jawab nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
“Entahlah..” jawab Ali.
“Apa maksudmu?” tanya balik sahabatnya.
“Menurut kalina apakah ‘Ahlan wa sahlan’ berarti sebuah jawaban!? ia bertanya penuh kebingungan pada sahabatnya.
” Satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!, Ahlan saja sudah berarti ya, sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa sahlan, dua-duanya berarti ya.” jelas sahabatanya.




Dan Alipun menikahi fatimah dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi nabi meminta membayar cicilannya, Itu hutang. Inilah kisah dari perjuangan cinta Ali, dibagian satu kita belajar bagaiaman Ali dengan Ridho dan ikhlas mengorbankan cintanya pada Abu bakr, pada Umar tanpa sedikit cemburu dan sakit hati. Dibagian kedua ini kita belajar bagaimana Ali mengambil kesempatan serta tanggung jawab untuk menikahi Fatimah, memang kondisi ekonominya tidak sempurna, namun ia mempunya niat dan komitmen yang sempurna hingga Allah mudahkan jalannya.

Begitulah cinta, tak ada sakit hati, tak ada cemburu, ia juga tak meminta untuk menunggu dan menantinya dibatas waktu tapi ia mengambil kesempatan dengan apa yang ia punya. Itulah cinta tentang keberanian, tanggung jawab, komitmen dan keikhlasan. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Sumber : http://eepurl.com/bq92Kj

Kisah cinta dalam diamnya Ali dan Fatimah (Part 1)

Cinta dalam diam, mungkin kalimat ini tak asing lagi di telinga kita, ketika hati mulai terpaut dengan seseorang jika mengungkapkan padanya menjadi  awal dari kemaksiatan maka tiada hal lain yang dilakukan ialah mencoba mencintainya dalam diam dan mencintainya dalam untaian doa.

Kisah cinta antara Ali bin abi thalib sahabat rasul yang sekaligus adalah sepupunya ini memiliki kecerdasan sejak beliau sehingga dialah dari kalangan anak muda yang mengakui keesaan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ali bin abi thalib juga salah satu sahabat yang istimewa dimata Rasulullah SAW selain beliau tinggal lansung bersama Rasulullah, dia juga seorang pemberani pernah menggantikan posisi tidur Rasulullah disaat hijrah dan juga seorang mujahid perang yang gagah.

Tersebut Fatimah, putri Rasulullah SAW yang taat, penyayang dan sangat peduli pada Rasulullah SAW, selalu ada disamping ayahnya dalam setiap kisah perjuangan sang ayah membumikan nilai-nilai islam di tengah kafir quraisy.

Pada suatu ketika fathimah dilamar oleh seorang laki-laki yang selalu dekat dengan nabi, ia telah mempertaruhkan kehidupannya, harta dan jiwanya untuk Islam, menemani perjuangan Rasulullah SAW sejak awal-awal risalah ini. Dialah abu bakar Ash shiddiq, entah kenapa mendengar berita ini ali terkejut dan tersentak jiwanya, muncul rasa-rasa yang diapun tak mengerti, Ali merasa di uji karena terasa apalah dirinya dibanding dengan Abu Bakr As shiddiq kedudukannya disisi nabi. Dia merasa belum ada apa-apanya bila dibanding dengan Abu bakar ash shiddiq, perjuangannya dalam menyebarkan risalah Islam, entah sudah berapa banyak tokoh-tokoh bangsawan dan saudagar makkah yang masuk Islam karena sentuhan dakwahnya. Sebutlah ‘Utsman, ‘Abdurrahman bin auf, Thalhah, Zubair, Sa’d bin abi Waqqash, Mush’ab. Ini yang tak mungkin dilakukan oleh anak-anak seperti Ali. Tak sedikit juga para budak yang dibebaskan oleh Abu bakr Ashiddiq sebutlah Bilal bin rabbah, khabbab, keluarga yassir, ‘Abdullah ibn mas’ud. Dari sisi finansial Abu Bakr seorang saudagar tentu akan lebih bisa membahagiakan fathimah, sementara Ali?, hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

Melihat dan memperhitungkan hal ini Ali ikhlas dan bahagia jika Fathimah bersama Abu bakr Ashiddiq, meskipun ia tak mampu membohongi rasa-rasa dalam hatinya yang ia sendiri tak mengerti, apakah mungkin itu yang namanya cinta?.
“Cinta tak pernah minta untuk menunggu, Ia hanya mengambil kesempatan dengan segera atau mempersilakan, karena cinta tentang keberanian dan pengorbanan”
Beberapa waktu berlalu Ali menerima kabar yang menumbuhkan kembali harapannya, kabar tentang lamaran Abu bakr yang ditolak oleh Fathimah. Ali kembali mempersiapkan diri, berharap dia masih memiliki kesempatan itu.

Namun ujian bagi Ali belum berakhir, setelah Abu bakr mundur muncullah laki-laki nan gagah perkasa dan pemberani. Seseorang yang dengan masuk Islamnya mengangkat derajat kaum muslimin, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Seorang yang diberi gelar Al-faruq, ya, dialah Umar ibn Al Khaththab. Pemisah antara kebenaran dan kebatilan juga datang melamar fathimah.

Ali pun ridha jika Fathimah menikah dengan Umar, ia bahagia jika fathimah bisa bersama dengan sahabat kedua terbaik Rasulullah setelah Abu bakr ashiddiq yang mana Rasulullah sampai mengatakan “Aku datang bersama Umar dan Abu bakr”.

Namun beberapa saat kemudian Alipun semakin bingung karena ternyata lamaran Umar di tolak. “Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, seru sahabat Ansharnya, “Mengapa engkau tak mencoba melamar fathimah?, aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
“Aku?”, tanyanya tak yakin.
“Ya.Engkau wahai saudaraku!”
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa aku andalkan?”
Sahabatnyapun menguatkan “Kami dibelakangmu, kawan!

Akhirnya Ali bin Abi thalib pun memberanikan diri menjumpai Rasulullah untuk menyampaikan maksud hatinya, meminang putri nabi untuk jadi istrinya. Bagaimana kelanjutan dari kisahnya? Simak di kisah cinta ali dan fathimah part 2.

Sumber : http://eepurl.com/bq1hd1